Rabu, 23 November 2016

Mutiara Hikmah Romo Yai Ahmad Asrori Al-Ishaqi RA

CINTA, KASIH SAYANG DAN PERNIKAHAN
Oleh Romo Yai Asrori Al Ishaqy
Mangkane konco-konco wedok..konco-konco lanang.., jangan sekali-sekali menolak cinta..lebih-lebih menyalahkan orang, yang orang tadi itu mencintaimu.. ”Woook…arek iku seneng karo aku…sorry..”. Ojok lho..gak ilok lho (ngomong ngunu iku).. Perkoro awakmu gak iso nrimo, perkoro awakmu gak gelem, iku hakmu. Tapi tentang cintanya seseorang terhadapmu, ojok sekali-kali awakmu nyalahno..ojok.. Engko angel lho jodomu… Karena apa?. Kita pun nggak tau..dalam al qur’anul karim, Allah ta’ala telah berfirman: “‘asaa an tuhibbuu syay-an wa Huwa syarrul lakum wa ’asaa an takraHuu syay-an waHuwa khayrul lakum“.. Ada kalanya Engkau mencintai sesuatu, tapi sesuatu itu tidak baik untuk kamu. Adakalanya kamu membenci sesuatu, tapi kenyataannya sesuatu tersebut menjadikan baik untuk kamu.
Belum tentu orang yang kamu benci itu tidak bisa membahagiakan kamu…Ojok nolak cinta..ojok.. Mbarakno angel lho jodone engkok..Yo ojo koen trimo…”Enggeh ya Allah..matur sewu-ewu sembah nuwun kulo ya Allah..lha koq wonten tiyang ingkang nyintai dateng kulo ya Allah… minongko nyuwun agunge pangapunten ya Allah..lha koq manah kulo niki ya Allah… koq dereng saget nampi ya Allah..,” ngono lho
Ojo koen tolak ojok.. iki (nang kene) onok ndak sing nolak cinta?. Gak ilok lho yo..ojok..temen..niku mbarakno nopo?. Mbarakno angel jodone..ojok…. ”Nggeh leres ya Allah …pancen leres niku cinta dateng kulo ya Allah…kulo mboten nyalahaken ya Allah..namung nopo.o koq kulo niki ya Allah..koq dereng saget nampi ya Allah..manah kulo..,” lho ngono lho…Ojok ngguyu.
Angel..cinta niku angel..(saling) cinta belum tentu jodoh..dan andai kata pun diberi jodoh oleh Allah, belum tentu jodoh itu sampai dibawa mati besok di akhirat.Onok wong niku cinta..sempat saling cinta..tapi gak sempat rabi.. Onok wong sempat rabi, (tapi) gak sampek sempurno rabine, kenyataane diparingi pegatan karo gusti Allah..onok..
Gak tentu nggeh.
------------------------------------------------------------------------
□ ............ Ingkang dados pengajeng ajeng kulo panjenengan sedoyo, ngantos purun ndèrèk kempal kempal kados mekaten niki, niku nopo sih ? Cuma setunggal mawon. Nopo ? ......
MBESOK, WAKDAL WONTEN ING ALAM AKHIRAT, MENAWI KULO SING SELAMET, KULO BAKAL MADOSI JENENGAN. MENAWI JENENGAN INGKANG SELAMET, TULUNG, KULO JENENGAN PADO .....? PADOSI ! □
■ Romo YAI RA
KITA LAKUKAN
DIBANDING DENGAN UJIAN
YANG DATANGNYA DARI ALLAH
Hari Minggu pagi, bulan Romadhon, di tahun 2004. Dalam Majlis Sowanan di Ndalem Mulia AL FITHRAH Surabaya, seorang lelaki matur ke Hadapan Romo YAI RA :
"Yai, istri saya sakit, dan hingga sekarang ini masih dirawat di rs. Setiap hari dia menangis. Yang ditangisi, dia merasa sejak awal romadhon hingga hari ke 11 ini, tidak bisa puasa. Padahal dia itu pingin sekali berpuasa. Tapi selalu dilarang oleh dokternya. Alasannya karena harus minum obat dan lain lain. Bagaimana baiknya Yai?"
Lalu Romo YAI RA Dawuh :
"Kalau istrimu puasa, itu niatnya untuk apa? Nuun ...? Untuk tho'at - untuk ibadah ke Allah, kan? Yaa. Artinya, puasa istrimu itu, sesuatu yang dilakukan oleh istrimu, untuk diabdikan ke Allah. Paham yaa ...?"
"Nah, kalau sekarang ini istrimu sakit, itu apakah karena memang sebelumnya dia berharap atau kepingin sakit, atau karena apa?"
(Si lelaki itu terdiam. Kebingungan. Lantas Romo YAI RA melanjutkan).
"Bukan kemauan istrimu kan? Bukan ! Itu murni karena dari Allah. Iya kan? Iyaa ! Sakitnya istrimu itu memang datangnya dari Allah. Buktinya? Tidak ada orang kepingin sakit itu. Iyaa?"
"Naah, sekarang, saya mau tanya ke semuanya saja : Kira kira, mana yang lebih mulia atau mana yang lebih utama : amaliyah yang kita lakukan dengan harapan akan diterima oleh Allah, ataukah, yang murni datang dari Allah ke kita? Ayoo coba ! Direnungkan ! Mana lebih mulia? Tentu, apa saja yang dari Allah itu jauh lebih mulia, lebih utama. Meskipun wujudnya berupa sesuatu yang tidak kita kehendaki !"
"Jadi ringkasnya : Kalau kita ini berencana, berhasrat, dengan semangat kuat, ingin ibadah, dzikir, atau ingin hadir majlis, misalnya. Atau apapun bentuk kebaikan yang akan kita lakukan ; tapi tiba tiba datang cobaan, ujian, atau apa pun yang akhirnya, walhasil, mengakibatkan hingga tidak jadi terlaksana. Entah itu berupa sakit, atau kendaraan mogok di jalan, atau ada tetangga yang saat itu harus segera ditolong, atau apa saja. Naah, menghadapi yang begitu itu, kita JANGAN MENGELUH ! JANGAN MENYESALKAN ATAU MENYALAHKAN ! JANGAN !"
"Kita terima saja. Dengan lapang hati, kita hadapi, kita jalani. Di dalam hati kita, kita kembalikan semuanya ke Allah. Itulah, baru namanya kita ini RIDLO KEPADA ALLAH. Kalau kita sudah bisa ridlo ke Allah, maka harapannya semoga ALLAH JUGA BAKAL RIDLO KEPADA KITA."
"Kalau sudah bisa seperti itu, penerimaan kita atas apa yang datang dari Allah itu, jika dibandingkan amal ibadah yang kita lakukan sendiri, maka ibadah kita itu jauh tidak ada artinya apa apa. Paham yaa ... ?"
"Jadi, balik ke tadi. Sakit, atau tencana kita terhalang karena terkena musibah, yaa jalani saja. Enak, "prei" gak puasa ! Hehehe .... ! Urusan kewajiban terkait syar'iyah, harus mengganti di lain waktu, yaa itu sudah hal semestinya. Tapi jangan menyalahkan dan menyesalkan sakitnya. Masak kamu akan menyalahkan Dzat Yang Memberi Sakit?"
"Kita hidup ini memang tidak bisa menghindari atau melupakan sebab. Tapi, jangan berhenti di sebab. Musabbibul-Asbaab - Dzat Yang Membuat Sebab - itu pokok yang mesti diingat."
AllaaHhummanfa'naa BiHhii
Wa Bi BarkatiHhii Wa 'UluumiHhii
Fid-Daaroiin. Amiiin. Al Faatihah ... !!
------------------------------------------------------------------------
ANTARA
DENDAM YANG TERTAHAN,
SABAR, DAN RIDLO.

Ketika diri seseorang didhalimi oleh sesama yang lain, tapi dia hanya diam tak membalas. Kenapa? Karena kedudukan atau kemampuannya memang tak kuasa atau tak mampu untuk membalasnya. Maka yang demikian itu bukanlah yang dimaksudkan dengan : sabar. Bisa jadi, hal yang seperti itu adalah : MARAH atau DENDAM YANG TERTAHAN di dalam hati.
Bukti sabar, yaitu saat didhalimi, dia diam tak membalas. Padahal, kedudukannya amat mungkin atau kemampuannya melebihi. Andaikata dia mau membalasnya, dirinya punya kuasa dan tentu akan menang. Akan tetapi, oleh karena akal sehatnya lebih menang ketimbang nafsunya, hingga dia mengutamakan pertimbangan pertimbangan lain yang jauh lebih baik, maka dia putuskan untuk tidak membalasnya. Itulah SABAR.
Jika dia berhasrat untuk lebih jauh pingin "mengerti" tentang orang yang mendholimi dirinya itu, kemudian hingga bisa "menerima" alasan kenapa melakukan itu terhadap dirinya, hingga jadi bisa "memakluminya" ; kemudian hatinya menjadi lapang sebab semuanya telah dia kembalikan ke Allah SWT, tak ada ganjalan setitikpun, bahkan hatinya luruh dan timbul rasa "welas asih"-nya terhadap yang mendholimi tersebut ; maka itu bukti dari yang disebut dengan : RIDLO.
■ Romo YAI  RA
------------------------------------------------------------------------
Saat kita mengetahui
ada orang lain berbuat salah,
lalu kita marah.
Seberapa kadar
kesalahan orang itu, dan
seberapa kadar marah kita ?

Saat kita nyadar bahwa
kitalah yang berbuat salah,
lalu ada orang lain menyebut
akan salah kita, dan kemudian
kita membela diri dg segala cara.
Seberapa kadar kesalahan kita,
seperti apa cara orang lain
menyebutkan kesalahan kita,
serta seberapa kadar emosi kita
dalam upaya membela diri ?

Jika kita orang yg adil,
semestinya kita bisa
mengukur semuanya itu.
Lantas melakukannya
dengan serba terukur.

Adil-lah pada diri kita sendiri.
Jika kita adil pada diri sendiri,
maka otomatis kita
bakal diperlakukan adil
oleh orang lain.

Tapi mendahulukan untuk
ADIL PADA DIRI SENDIRI
itu kadang memang tak mudah.

------------------------------------------------------------------------
Status 2 tahun lalu.
Dengan sedikit revisi.
Semoga bermanfaat.


OBAT DAN
BACAAN "BISMILLAH"

Saat kita sakit, kita lalu ke dokter dan diberi resep obat. Ketika akan meminum obat, apa yang ada dalam hati kita, sebagai hamba yang telah tertanam Iman dan Islam ini ?
Ternyata, ada teladan. Ketika Romo YAI RA dalam menjalani ujian berupa sakit dari Allah, saat itu Beliau RA di Ndalem, bersiap akan meminum obat.
Beliau RA tiba tiba seperti orang bicara sendiri tapi dengan suara yang terdengar jelas bagi sekitar. Romo YAI RA Dawuh :
Dawuh :

"SING NGGARAI WARAS IKU MOSOK OBAT-E .... ?? SING NGGARAI WARAS IKU BISMILLAAH-E, KOQ ....! BISMILLAA .... HhIRROHMAA .... NIRROHIIM ... !"
Yang menjadi lantaran atau penyebab untuk kesembuhan itu masak (=bukanlah) obatnya. Yang menjadi lantaran atau penyebab untuk kesembuhan itu ucapan "Bismillah"-nya, koq !
(Lalu Beliau mengucapkan bacaan basmalah tsb). Dan kemudian diunjuklah (diminumlah) obatnya.
Fulan, yang mendengar dengan jelas karena kebetulan sedang duduk di Hadapan Beliau RA, sempat berpikir : Jika hanya utk pribadi Beliau RA sendiri, kenapa itu mesti diucapkan dengan suara agak keras? Lalu : Ini Beliau RA pasti kepingin mendidik (mengajari) diri yang bodoh dan "tambeng" ini.

(Robbi Fanfa'naa BiHhii Wa Bi BarkatiHhii Wa Bi 'UluumiHhii Fid-Daaroiini. Aamiiin. Al Faatihah ... !!)
-----------------------------------------------------------------------
SABAR, JEMBAR (lapang hati), PANDAI MENAHAN DIRI, SUMELEH (rendah hati), NGALAH (gampang mengalah), dll ....
Itu daftar nama Matakuliah yang ditempuh dan harus lulus untuk bisa jadi "orang tua". Baik orang tua dalam makna usianya memang sudah tua, maupun orang tua dalam makna posisi sebagai yang dituakan.
-----------------------------------------------------------------------
SIILATURAHIIM DAN
SIILATUR-RUUHIYYAH

Saat lebaran, kita biasa berkunjung ke orang tua dan sanak saudara. Itu silaturahim. Pada waktu ada teman kita punya hajatan, kita pun datang. Itu juga silaturahim. Ketika tetangga kita ada yang tertimpa musibah berupa sakit, kita pun mengunjungi dan mendoakan. Itu juga silaturahim.
Silaturahim itu, pada garis besarnya, bisa dimaknai sebagai menyambung hubungan baik di antara sesama. Itu baik. Faedahnya cukup banyak. Dan memang disunnahkan.
Akan tetapi, ada suatu hal yang lebih itu. Apa itu? Pada saat kita hadir majlis. Yakni Majlis dzikir, Maulid, atau Manaqib. Di manapun dan kapan pun.
Terlebih lagi, nanti ketika kita hadir untuk Sowan ke Hadapan Romo YAI RA, dan mengikuti rangkaian Majlis Haul Akbar, di Ponpes As Salafi AL FITHRAH Surabaya, 7 & 8 Mei 2016 yang akan datang.
Yang satu ini, tidak sekedar sebatas silaturahim. Kalau silaturahim, itu sudah tentu. Kita akan bertemu, bertegur sapa, saling mendoakan dengan sekian ribu orang. Tapi ada yang lebih : kita ber - SIILATUR-RUHIYYAH.
Artinya, kita "menyambungkan" hati kita, kita "menautkan" ruhani kita, dengan Guru kita - Romo YAI RA. Pada saat kita Sowan di Hadapan Beliau RA, kita sapa Beliau RA, kita matur tentang diri kita. Kita menangis memohon maaf atas semua khilaf kesalahan kita selama ini. Kita mohon ridlo serta berkah Beliau RA.
Kita mohon kiranya Beliau sudi menerima dan mengakui kita sebagai pengikutnya. Kita mohon doa dari Beliau RA kepada Allah agar hidup kita selamat. Selamat dunia selamat akhirat. Dan seterusnya.
Di saat seperti itu, kita merasa (dan hakikatnya memang begitu) sedang berdialog langsung dengan Romo YAI RA. Bersedihlah hati kita jika belum bisa merasakan dialog langsung seperti itu. Menangislah sejadi jadinya, sampai batin kita tergetar hingga "kerasukan" oleh rasa dialog langsung itu.
Semoga Romo YAI RA benar benar bakal "melirik", "memeluk", "merangkul" kita. Aamiiin. Begitulah Siilatur-Ruuhiyyah kita.
-----------------------------------------------------------------------
2 Mei. Hari Pendidikan Nasional. Jadi teringat slogan : long life education. Belajar itu seumur hidup. Tapi lantas teringat akan Dawuh Romo YAI RA. Dan, barangkali, inilah jawaban terapannya.

Romo YAI RA :
GURU itu banyak. Justru Murid-lah yang sedikit. Bagi seorang murid yang pintar, semua yang ada di sekitarnya bisa jadi "guru". Hingga ayam pun bisa jadi "guru" baginya.
Artinya, banyak pelajaran serta hikmah, yang dapat diserap dan diresapkan ke dalam dirinya. Hingga dia jadikan alasan bagi hati pikirannya untuk kemudian teringat akan GURU-nya yang sebenarnya. Atau teringat akan apa yang pernah ia dapat dari Gurunya, atau apa saja yang terkait dengan Gurunya. Hingga tembus dan akan sampai ke Hadirat AllaaHhu Sub-haanaHh.

Ilmu memang tidak selalu hanya mengalir dari bangku sekolah, dari kitab, dari tausiah atau proses verbal lainnya. Ilmu itu terhampar di sekeliling kita. Bahkan, di dalam diri kita sendiri. Ulangi : Bahkan, di dalam diri kita sendiri.
Kuncinya, barangkali : asal kita masih mau berfikir, menggunakan akal kita sebaik baiknya. Dan tentu atas ridlo, hidayah serta taufiq dari Allah SWT.
Pesan utamanya barangkali : Jangan berhenti belajar. Jangan berhenti memohon ke Allah agar terus bertambah ilmunya. Karena jika seseorang telah mandek proses belajarnya, maka mandek pula tugasnya sebagai manusia yang berkehidupan.

Robbi Fanfa'naa BiHhii
Wa Bi BarkatiHhii
Wa Bi 'UluumiHhii
Fid-Daaroiin. Aamiiin.
Al Faatihah ... !

----------------------------------------------------------------------
Dawuh Romo YAI RA
Menirukan Dawuh
Min Ba'dhil Ulama Shufiyyah


□ MAN | Siapapun orangnya □ LAM YAKUN LAHhUU SYAIKHUN | (Di dalam hal beribadah, di dalam hal tatadiri, tatahati, tataruhani ; saat menghadap ke Allah) Dirinya tidak mengambil tuntunan dari dan tidak mengikut kepada seorang Guru □ FA SYAIKHUHhUU SYAITHOON | Maka yang bakal jadi penuntunnya adalah setan.

Keterangan
Dalam istilah ini, GURU adalah : Orang yang kepadanya Allah telah berikan kelebihan dan keistimewaan ("Fadhlun Min Robbi"), yang sekaligus kehadirannya di dunia, Allah memberi tugas serta tanggung jawab untuk sebagai "Al Mursyid", Si Penuntun ummat bagi jalan menuju Allah.
Perjalanan hati, ruhani dan ilmu seorang Guru, harus dipastikan bahwa telah memiliki hubungan secara langsung maupun tak langsung ("sanat" dan "musalsalah") secara estafet, taut menaut dengan para Guru sebelumnya, hingga bersambung ke Rasulullaah Muhammad SAW.
----------------------------------------------------------------------
Pada era sekitar 1990-an, waktu itu saat menjelang perjalanan Ziarah Wali Songo. Ada seorang penderek Beliau RA yang memberanikan diri matur, bertanya kepada Romo YAI RA. Garis besar yang ditanyakan sebagai berikut.
“Yai, kalau nanti ini saya ikut Rombongan Ziarah Wali Songo, NIAT YANG PAS untuk saya, itu bagaimana? Kan ini ada Ziarah-nya. Lalu di Jawa Tengah juga nanti ada Majlis Haul. Kemudian di Jakarta juga ada Haul Akbar. Selain itu, sebenarnya, hingga saya bisa ikut ini semua, asal mula atau lantarannya kan karena saya ikut Yai?”
“Lalu, persisnya apa yang kamu tanyakan?” Sahut Beliau RA
“Untuk saya, yang pas itu : Niat Ziarah, atau Niat Ikut Majlis Haul, ataukah Niat Ikut Yai ?”
Kemudian dengan kalimat yang singkat namun gamblang, Romo YAI RA menjawab :
“Kalau kamu Niat Ziarah, yaa kamu akan dapat pahala dan berkahnya ziarah saja. Kalau kamu niat ikut Haul, yaa dapat berkah dan pahalanya Majlis Haul saja. TAPI KALAU KAMU NIAT IKUT SAYA, MAKA KAMU BAKAL DAPAT SEMUANYA. Sebab nyatanya saya juga kan ikut semuanya? ”

Keagungan serta Kemulian Pondok Pesantren As Salafi AL FITHRAH Surabaya, juga kebesaran syiar serta kemustajabahan momentum untuk berdoa, dalam Majlis Haul Akbar yang akan kita ikuti bersama itu, terlebih juga Kemuliaan para tetamu – para Habaib, para Kyai, serta segenap Wali-Allah yang tak kasat mata beserta para malaikat Allah ; semuanya itu ada dan hadir, karena lantaran ada dan hadirnya Romo YAI RA. Kita hadir pun juga tak ada lantaran lain kecuali karena Romo YAI RA.
Apa niat kita hadir? Meraih berkahnya Majlis? Menghormat serta mengamini doa para Habaib yang hadir, yang Mulia dan Dimuliakan oleh Allah itu? Atau yang lainnya?
Mengambil ibarat dari kisah di atas, barangkali, dan jika sependapat (beda pendapat pun tidak masalah) maka apabila sejak berangkat keluar dari rumah, kita memasang niat : SOWAN KE HADAPAN ROMO YAI RA, Insya Allah kita akan dapat semuanya. Haashilul-Mahshuul, Dun-yan Wa Ukhron. Aamiiin.
----------------------------------------------------------------------
Kalau ada "Mauidloh Hasanah"
di majlis kita, yang isinya :

● Tidak menggugah roso, atau
tidak mengingatkan hati jamaah
kepada Guru - Romo YAI RA.

● Tidak mendorong jamaah
kepada amaliyah amaliyah
yang dituntunkan oleh Guru
- Romo YAI RA.

● Bahkan nama Guru - Romo YAI RA
tidak disebutkan sekalipun.

Sebaiknya dipertimbangkan lagi
apabila mau mengundang ulang.

---------------------------------------------------------------------
■ Romo YAI RA.
Nopo'o sih
kulo sampean niku lho
koq sampe purun repot,
tebih tebih nggih dibelani,
sak perlu rawuh, nderek
wonten ing majlis majlis
kados ngaten niki?

Sak jane niku niat e
cuma siji tho' koq.
Kulo sampean niki cuma
PINGIN NITIPNO AWAK !!

Supados benjing
wakdal teng akhirat niku
wonten sing madosi
kulo kaleh sampean.
Lajeng kulo sampean niki
diajak nderek kempal.
Mlebet dateng rombongane
tiyang tiyang ingkang sholih.

Niku mawon koq niate.
Nggih ta .... ??

Lha nek saiki
wis gak gelem ngumpul
karo wong wong sing sholih,
mbesuk, arepe kumpul sopo ..?
Nuuun .... ??
Ape berangkat mlebu suargo
dewe ngunu ta ?
Mblegedes .... !!

----------------------------------------------------------------------
#evaluasidiri

Banyak di antara kita,
yang dengan penuh kekaguman
mendengar atau menceritakan
perihal kehebatan Romo YAI RA.

Banyak di antara kita,
yang dengan penuh semangat
ikut membesarkan syiar majlis
turut menghebatkan kumpulan

Namun di antara kita yang meniru
akhlak dan adab Romo YAI RA,
menjadikan sebagai suri tauladan
dalam hidup keseharian diri sendiri

sepertinya ....... *
(* silakan kita jawab sendiri)


Kita jadi teringat Dawuh Beliau RA
ketika menirukan Sabda Nabi SAW :
"Kelak, agama Islam itu akan jaya
Tapi mereka yang membesarkan itu
pada saat kelak di alam akhirat
justru tak mendapatkan apa apa"

----------------------------------------------------------------------
Dulu, tulisan ini pernah diposting. Semoga bermanfaat, terlebih mengingatkan kita untuk berkaca diri : Adakah kita ternyata "orang sombong yang samar" ?

Romo YAI RA :
Ada orang sombong, tapi sombongnya itu tidak kentara. Amat samar. Bahkan dirinya sendiri bisa jadi tak menyadari. Tapi Allah tetap menilai dan mencatatnya sebagai perilaku sombong.
Seperti apakah itu ? Yakni, orang yang ketika di hadapan orang lain, dia begitu ramah dan murah senyum. Perilakunya sangat sopan. Tutur katanya santun.
Tapi bersamaan itu pula, di dalam hatinya terbersit, merasa bahwa semua itu ia lakukan karena dirinya sedang dilihat dan dinilai orang. Dan ia pingin agar dirinya dinilai sebagai orang yang penuh tatakrama, orang yang baik serta 'RENDAH HATI'. Lalu puas dan bangga.
Itulah, contoh nyata, dari kesombongan yang dikemas dengan halus. KESOMBONGAN YANG SAMAR. Fa Na'uudzu BillaaHhi Min Dzaalik.

AllaaHhummanfan'naa BiHhii
Wa Bi BarkatiHhii Wa Bi 'UluumiHhi
Fid-Daaroiin. Aamiiin
Al-Faatihah ... !!

---------------------------------------------------------------------
■ Romo YAI RA :
Menawi kito mirengaken dateng ceramah utawi pengajian wonten ing teve niku. Ngaturaken Dawuhipun Gusti Allah : Wal-'Ashr ... ! Demi waktu .... ! Lajeng ngeten, ngeten ... Lak inggih, ta ??
Sak jane niku nopo sih? Menawi nderek coro wong thoriqoh, nopo sih 'waktu' niku? Waktu niku ngih umur kulo sampean niki lho ! Wonten nopo teng 'umur' niku?
Mboten wonten malih, nggih niku : Saben saben sak tarikan, saben saben sak embusan - nafas kulo sampean niki lho ! Niku sampean iseni nopo ? Nuun ... ? Sampean iseni nopo ?
Dados, menawi kulo sampean kepireng Dawuh Gusti Allah, ingkang pundi teng mriku Gusti Allah ngantos wani Sumpah : Demi Waktu .... ! Niku kulo sampean niki sak jane dielingno.
Benjang bakal ditakoni dening Gusti Allah : Hei, wiwit awakmu sik kaet tangi turu mau isuk, terus awakmu narik napas, iku koen iseni opo? Terus awakmu embusno nafas, yoo koen iseni opo?
Sampe umur saiki, wis ping piro koen olehmu narik lan ngembusno nafas? Terus sak piro olehmu ngiseni? Nuuun ... ? Ayo ...! Jawaben saiki ... !!
----------------------------------------------------------------------
#asal_usul
Sebagai organisasi (=perkumpulan), Jamaah AL KHIDMAH kita ini telah memiliki modal dasar 2 hal :
Pertama, di dalam AL KHIDMAH telah banyak dibekali oleh Romo YAI RA dengan nilai nilai filosofis, tuntunan, cita cita atau harapan yang tinggi, yang mulia, yang dapat mengantarkan kita hingga darjah yang tinggi dan mulia.
Kedua, di dalam AL KHIDMAH juga telah banyak dibekali oleh Romo YAI RA dengan contoh perilaku, cara pengaturan teknis, panduan atau petunjuk kerja(=berkegiatan) dan sejenis itu.
Syukur Alhamdulillah. Guru kita RA telah amat kuat dalam memperhatikan kita semua.
Kini, barangkali yang belum kita miliki, atau mungkin sudah ada namun masih belum terkerjakan secara baik dan lengkap, ialah : Pengaturan terhadap hal hal yang terkait dengan tatakerja serta perilaku para orang di dalam PENGURUS Organisasi (Jamaah AL KHIDMAH) sendiri.
Jadi, barangkali penting bagi para pengurus, untuk juga mengatur dirinya sendiri. Dari menyusun Pedoman Penyelenggaraan atau Tatakelola Organisasi, hingga kebijakan kebijakan terkait kewajiban Penyusunan Program, Pengawasan, Pelaporan, Evaluasi dan seterusnya ; yang semua itu menjadi tanggung jawab yang harus ditunaikan oleh pengurus.
Kedua, oleh karena AL KHIDMAH adalah organisasi sosial keagaamaan, yang berciri menjunjung tinggi nilai nilai Akhlaqul Karimah, juga berprinsip pada asas keteladanan, maka penting kiranya untuk dibuatkan aturan berupa Standar Standar Perilaku Kerja Pengurus. Misalnya : Standar Komunikasi dan Koordinasi, Standar Ketaatan (dengan dan terhadap jajaran di atasnya) dan seterusnya.
Nilai nilai yang telah dicantumkan oleh Romo YAI RA dalam Dawuh Sambutan ketika Pembukaan Saresehan Pertama Jamaah AL KHIDMAH, Desember 2005, penting untuk diterjemahkan dalam bentuk aturan dasar yang mengikat perilaku setiap diri pengurus organisasi Jamaah AL KHIDMAH kita yang tercinta ini.
---------------------------------------------------------------------
■ Romo YAI RA :
Kados kulo sampean niki | nek pancene dereng saget berangkat | mboten saget nderek kempal-kempal dzikir | lelenggahan sesarengan kelayan poro tiyang tiyang ingkang sholih ....
Niku sampean pun mboten usah kakean alasan | Nggih ta ? | "Nopo'o mboten berangkat?" "Mergo niki mergo niku", macem macem. Ojook | Wis sampean akoni, nek sampean niku : males ! Wis, karuan, empun. Jelas | Nggih ta ?
Mergo nopo'o ? | Barokahe sampean niku jujur | wani ngakoni menyang Gusti Allah, nek sampean iku sik dadi wong sing apes | sik duweni sifat males | Insya Allah Gusti Allah bakal nurunaken Taufiq Hidayah marang sampean
Kelayan Sifat Welas-ipun Gusti Allah, sampean mboten keraos, mangke bakal tumibo pinten pinten jalaran saking Gusti Allah teng sampean | sing pundi jalaran kolo wau ndadosaken kulo sampean saget berangkat | ndereaken lelampah kesaenan kolo wau.
Paham, nggih? Ngaten ! | Dadi wong iku sing sportif | Urusan kanggo berangkat ngadep nenyang Gusti Allah lha koq sik nggawe gengsi | Dateng Pengeran niku pun nganggo gengsi | Keserimpet alasane dewe, mangke sampean |
Mangkane, kulo niku kadang mergo cemburu | Menawi wonten konco sing mboten ketingal ndugi, lajeng kulo tanglet dateng sebagian kancane lintune : Opo'o gak teko? Anu Yai, katanya sibuk, katanya lagi repot | Lajeng teng manah kulo niku tanglet : Iyo ta? Repot temen ta? Sak piro sih sibuk e ?
Akhire nopo teng ati kulo niku? : Yo wis. Nek pancen sibuk sing koen gawe alasan, nek pancen repot sing koen gawe alasan, tapi sak jane, masih ada berapa persen di hatinya itu ada faktor : yo pancen rodok males | Ati ati, koen ! | Tak dungakno : mugo mugo sibuk terus | Mugo mugo repot terus.
Keranten nopo? Majlis Majlis kados ngaten niki jangan dianggap enteng ! Jangan dianggap sepele ! Jangan seakan akan kamu bandingkan dan kamu kalahkan, dengan urusan lain, yang hakikatnya itu duniawiyyah | Naten ngaten niki pun dianggep enteng ! Nggih ta?
Nek koen pancen temen, uripmu kepingin selamet | Teng mriki kulo elingaken, istilah selamet niku mboten koq namung berhasil rupo dhohiriyyah, langkung langkung duniawiyyah mawon. Mboten | Nek pancen temen kepingin selamet | selamet dunyomu, luwih luwih selamet akhiratmu | Ojo nganggep enteng, majlis majlis ngaten niki !
Mbesuk ! Koen bakal mbuktekno : Sak piro gedhene, sak piro manfaate, sak piro hikmah hikmah | Sing kabeh iku mau - bakal koen arep arep | Bakal temen ing dalem olehe awakmu butuhno. Temen ing dalem awakmu butuh pitulungan e.
Iki kabeh, nek pancen awakmu kepingin selaa ......?? Selamet !!
----------------------------------------------------------------------
ROJABUL-KHOIIR
BULAN ROJAB | TUJUH TAHUN SILAM | HARI- HARI ROMO YAI RA ● Hari-hari jantung terus berpacu. Tes darah, konsul dokter, ambil obat ke apotek.Tes darah lagi, konsul dokter lagi, ke RS menjalani chemoteraphy. Tes darah lagi, konsul dokter lagi, ambil obat ke apotek lagi.
Berasa sehat sedikit, memaksa diri hadir majlis, kondisi melemah lagi. Sehat sedikit, besar hati dan hadir majlis, kondisi melemah lagi. Itulah hari-hari tujuh tahun silam.
Tiga momentum yang benar-benar di luar dugaan diagnosa medis. Beliau RA menjadi terlihat amat sehat dan kuat. Pertama, Pengajian Ahad Kedua di Ndalemnya sendiri AL FITHRAH Surabaya. Kedua, Pengajian dan Mubayaah di Masjid Baiturahman Kepanjen Malang. Dan ketiga (Ahad Awal Sya'ban), Haul Akbar.
Tapi, lalu, siapa tahu ......
Semua ternyata jadi wada'

MahaSuci Allah
Dzat Yang Menyimpan
Serta Merahasiakan akan
Setiap Kehendak Baik-Nya


Saat kita melakukan amal kebaikan di Rojab ini, apa saja, barangkali, selain kita niatkan semua itu memang telah disunnahkan, barangkali ada baiknya, niatnya ditambahi : untuk MENGENANG dan MENGHORMATI masa-masa "sedih namun wanginya semerbak" itu.
Semoga berkah Beliau RA senantiasa melimpahi kita. Semoga roso kita tak sedikitpun pernah lepas dari Guru RA. Aamiiin.
Lanaa Wa LaHhuu Al Faatihah ... !!
-----------------------------------------------------------------------
#reposting
Setahun yang lalu,
saya memposting tulisan berisi sekilas "potret" tentang Romo YAI RA, sebagaimana berikut ini. Semoga bermanfaat. Aamiiin.


MAKAN DAN TIDUR
YANG BERLAKU BAGI ROMO YAI RA

(1)
Dalam suasana duduk duduk santai di teras Aula Ponpes As Salafi Al Fithrah Surabaya, seusai majlis Haul Akbar Ahad Pagi, tahun 2006, ada seorang Habib mengajak bicara salah seorang khodim penderek Romo Yai RA. Semula, si penderek ini mengira hanya mengajak berbasa basi. Tapi setelah disimak lebih serius, rupanya Habib ini sedang mengajak ngobrol ("ngerasani") tentang Romo YAI RA.
"Orang seperti Kyai Asrori ini", kata Habib tersebut, "rasa senangnya terletak di orang lain. Coba saja lihat".
"Maksudnya bagaimana, Bib?" Tanya si khodim.
Lantas Habib itu menyahut meneruskan dawuhnya, "Kyai Asrori itu, akan merasa nikmat, nikmatnya makan misalnya, jika Beliau melihat orang lain makan dan kelihatan sangat menikmati. Itu Kyai Asrori baru ikut merasakan nikmatnya. Beliau seperti merasa seneeeeeng dan bersyukur."
Lanjutnya, "Tapi, bagaimana dengan makannya Yai sendiri? Tak pernah. Dan tak bakal pernah Yai bisa makan sampai merasa nikmat. Kenapa? Karena tak sempat. Tidak mungkin bagi orang seperti Kyai Asrori sempat enak makan, seperti kita kita ini. Tidak mungkin sempat. Percaya, sudah." Kata Habib itu dengan nada meninggi karena tampak serius dan berusaha meyakinkan.
Si khodim terdiam dan mulai merenung. Ia mengingat ingat bagaimana Romo YAI RA di saat harus dahar. Juga, bagaimana Beliau RA di saat semestinya orang pada umumnya harus tidur untuk rehat. Dalam hatinya lalu seperti mengatakan : Ada benarnya juga Habib ini.
Lalu Habib itu meneruskan, "Coba lihat sekarang ini. Makanan begitu banyak. Di sana makanan, di sini makanan. Enak enak. Maasyaa-Allaah. Tapi ana lihat tadi, Kyai Asrorinya cuma berdiri. Pindah ke sana, pindah ke lain lagi, cuma mempersilakan : Fadhdhol Bib ... Fadhdhol Bib ... ! Habibnya pada "leko", ambil ini ambil itu. Yang lezat lezat. Semua disantap. Tapi saya perhatikan betul, Kyai Asrorinya cuma senyum senyum melihat para habib yang makan itu. Subhaana-Allaah."
"Ini bagaimana? Kapan makannya Kyai Asrori ini? WaAllaaah ... Ana belum pernah melihat Kyai Asrori makan dengan enak. Belum pernah ana lihat." Habib ini mulai tampak berkeringat karena seriusnya.
(2)
Si khodim jadi keingat akan banyak hal. Romo YAI RA itu, misalnya ketika dalam perjalanan ke luar kota bersama rombongan beberapa orang pengikut atau pendereknya, lalu tiba saatnya harus berhenti untuk makan, maka Beliau RA selalu mencari tempat makan yang sekira menurut para pengikut ini merasa cocok dan enak.
Setelah semua pesanan sudah dihidangkan, semua pada khusyu' dengan isi piringnya sendiri. Romo YAI RA pun kelihatan ikut dahar. Tapi, jika diamati dengan seksama, maka akan ketahuan kalau dahar Beliau RA itu cuma sesuap-dua suap, "cimik-cimik". Sepintas kelihatannya saja Beliau RA dahar dengan lahapnya. Namun waktunya lebih banyak dihabiskan untuk mengamati dan melayani yang lain.
Yang sering Beliau RA lakukan, misalnya, tiba tiba saja Beliau RA mengambil tambahan lauk. Setelah dihidangkan, dicicip sedikit, lantas dikasikan ke yang lain. Pesan menu lauk lagi, dicicip sedikit, lalu dikasikan ke yang lain lagi. Sementara yang dikasi tetap saja menerima dan menikmatinya. Bahkan berebut dengan temannya. Selalu begitu.
Ketika semua pada habis, isi di piring Romo YAI RA seringkali masih tersisa. Sisanya lebih dari separo. Tapi tidak banyak yang tahu. Sebab biasanya Beliau RA dengan cepat menyembunyikan piringnya itu. Sementara yang lain sibuk dengan minumannya. Atau bagi yang duduk di dekat Romo YAI RA, diajaknya bicara soal sesuatu, sehingga pikirannya beralih, tidak ke isi piring Romo YAI RA itu.
Sampai di suatu saat, memang benar. Beliau RA sempat Dawuh : "Saya paling seneng, melihat orang itu, ketika dalam dua keadaan. Pertama, ketika saya lihat orang sedang makan dengan lahap. Sepertinya dia menikmati benar makannya itu. Itu saya senang".
"Kedua, kalau saya melihat orang yang sedang tidur lelap sekali. Sampai "ngorok" (mendengkur). Saya membayangkan betapa nikmatnya ia. Kalau sudah begitu, saya itu tidak berani membangunkan. Meskipun ada acara penting. Begitu."
Begitulah Romo YAI RA. Tergambar jelas meskipun tersirat. Betapa secara manusiawi, diri Beliau RA "memimpikan" bagaimana nikmatnya bisa merasakan makan lahap dan bisa tidur nyenyak. Karena memang Beliau RA tidak pernah merasakan itu. "Status" atau "tanggung jawab" Beliau RA menjadikan kesehariannya tak akan pernah sempat merasakannya.
(3)
Pernah suatu ketika, si khodim ini terpaksa matur untuk bertanya. Karena tidak satu dua kali tapi sering terjadi. Di saat Romo YAI RA dahar bareng-bareng dengan yang lain, tiba tiba Beliau RA berdiri meninggalkan meja, menuju toilet. Dan itu lama sekali.
Semula khodim beranggapan ini hal yang biasa. Tapi berhubung sering dilakukan oleh Romo YAI RA, akhirnya si khodim memberanikan diri untuk menanyakan, "Ngapunten Yai. Saya perhatikan, Yai seringkali di saat ketika dahar, terus pergi ke toilet. Dan itu tidak sebentar. Jujur, saya lalu ada muncul khawatir. Atau pingin tahu kenapa. Maaf jika saya salah Yai. Atau Yai kurang berkenan."
Syukur Alhamdulillah, ternyata Romo YAI RA menanggapi dengan menjelaskan.
"Begini Fulan. Saya itu kalau makan, harusnya cepet cepet selesai. Pokoknya, masuk ditelan, masuk ditelan. Begitu. Itu mestinya, kalau saya pingin makan yang agak banyak. Kenapa? Sebab jangan sampai, kedahuluan pikiran saya kemasukan urusan."
"Karena kalau sudah kemasukan urusan ; ingat murid, ingat ini, ingat itu, ingat apa saja yang memang jadi tanggung jawab keseharian saya, itu kalau pas makan, pasti pingin muntah. Pembawaan tubuh saya itu sudah otomatis begitu. Tidur pun begitu. Jadi akhirnya gak bisa tidur."
"Kamu bayangkan sendiri lah. Misalnya anakmu punya hutang sama orang. Jumlahnya jutaan. Tiba tiba ketika malam mau tidur, kamu ditelp kalau besok pagi pagi akan ditagih. Dan harus kamu bayar lunas. Kalau nggak, kamu akan dibawa ke penjara. Apa kamu bisa tidur? Nggak waras kalau kamu masih bisa tidur lelap. Yaa ibaratnya seperti itu."
"Jadi, makan gak pernah bisa enak. Tidur gak pernah bisa lama. Apalagi pulas. Selalu gelisaaaah. Pikiran ini selalu "umep" (mendidih). Saya bisa tidur itu biasanya kalau kondisi fisik ini benar benar memang menuntut sendiri untuk harus tidur. Memang badan manusiawi saya yang tidak kuat. Sehingga akhirnya jadi tertidur. "Keseliyer". Itu tidur saya. Yaa ... yang namanya orang "keseliyer" itu berapa lama sih?"
(4)
Di akhir obrolan di Aula yang diceritakan di awal tadi, Habib itu berkata, "Itu memang sudah jadi ciri bagi setiap Ulama Besar yang ditugasi Allah untuk mengemban ummat. Siapa pun. Coba ditelaah kisah kisah dari Ulama Besar dunia yang lainnya. Ini tak lain karena memang mewarisi ciri dari kekasihnya Rasulullah SAW".
"Rasulullah SAW itu sepanjang hidup di masa ke-Nabiannya, dua puluh empat jam tidak pernah putus untuk memikirkan nasib ummatnya. Hingga sampai sampai di saat sakarotul-maut, yang muncul di pikirannya malah bertanya : bagaimana nasib ummatku kelak."
"Persis ! Para Mursyid para Ulama Besar itu yaa persis seperti Rasulullah SAW ini. Begitu pun Kyai Asrori yang sekarang kita ikuti ini. Persis." Sambil setengah gemetaran, lalu Habib itu menepuk nepuk pundak si khodim sambil mulutnya mengucapkan doa. Dan, "Aamiiin Aamiiin AllaaHhumma Aamiiin Yaa Robbal 'Aalamiiin", hanya itu yang bisa diucapkan oleh Fulan si khodim ini.

(AllaaHhummanfa'naa BiHhii
Wa Bi BarkatiHhii Wa Bi 'UluumiHhii
Fid-Daaroiin. Aamiiin.
Al Faatihah ... !)

----------------------------------------------------------------------
AL KHIDMAH adalah
Perkumpulan/Jamaah
yang dibangun atas dasar
Rasa Cinta dan
Saling Menyayangi
Karena Allah.

Nilai yang utama adalah
Semangat Persaudaraan.
Telah berapa ribu
orang yang "dipersaudarakan"
dengan kita dan keluarga
Oleh Sang Pendiri
Yakni Romo YAI RA ?

Namun entah kenapa
masih saja ada orang
yang gemar menularkan
kedengkian dan kebencian
terhadap sesama jamaah
kepada sesama yang lain,
atas dasar & alasan apapun.

-----------------------------------------------------------------------
#mengingatkandirisendiri
Sebenarnya, adalah hal yang wajar, jika kita memiliki kecenderungan ingin menampakkan sisi baik dari diri kita, di mata dan penilaian orang lain.
Hanya saja, dan ini yang tak wajar, sisi baik pada diri kita itu sering masih terfokus cuma pada sebagian saja. Ibarat rumah, ruang tamunya saja yang selalu kita bersihkan. Kita tempeli dengan aneka hiasan dan keharuman, kemewahan perabot serta asesoris.
Akan tetapi, ketika datang tamu yang butuh buang air kecil dan mohon ijin untuk ke kamar mandi, Maasyaa-Allaah .... Ternyata titik ruang yang mestinya berfungsi untuk membersihkan, justru malah kotor, kumuh, dan bau anyir ; lantaran tak terawat dengan baik.
Itulah "potret" tentang diri kita, maksudnya : diri saya. Atau, bisa jadi, ada lagi diri yang lain yang ada di antara kita.
Nah, Guru kita RA tahu itu secara persis. Sebab Beliau RA telah masuk ke segenap ruang, seluruh sisi, bahkan sudut muram masa lalu kita.Tanpa kita minta, bahkan tanpa kita kehendaki sendiri.
Maka, "bertelanjanglah" ketika berurusan dengan Guru kita RA. Buanglah semua topeng pencitraan. Bersahajalah di saat terlibat atau berurusan dengan hal-hal yang terkait perjuangan Guru kita RA. Bertuturlah secara apa adanya saja. Buanglah aneka kepentingan yang selama ini mungkin masih kita rahasiakan dan/atau kita rekayasakan.
Kenapa? Karena itu bakal meracuni dan membuat sia-sia seluruh khidmah kita. Diulangi : Karena itu bakal meracuni dan membuat sia-sia semua khidmah kita. Dan kelak kita bakal menyesal. Bahkan kita akan sangat malu ketika di Hadapan Guru kita RA saat di akhirat kelak.
----------------------------------------------------------------------
KYAI ASRORI ITU KAYAK “SEGORO”

Iseng, bongkar-bongkar barang lama.
Gak sengaja nemu kaset,
isinya suara Min Ba’dhil Habaaib.

Jadi keingat, sekitar tahun 2001,
pernah diutus oleh Romo YAI RA
sowan menghaturkan bingkisan/hadiah
ke beliau di rumahnya di Solo - Jateng.

(Sambil dengar suara rekaman,
entah kenapa, lha koq mbrebesmili)
Berikut potongan rekaman tersebut.


KYAI ASRORI ITU KAYAK SEGORO. TAHU SEGORO? LAUTAN. SING JENENG LAUTAN ITU, SEMUA MASUK, SEMUA DITAMPUNG. YAA YANG BERSIH - YAA YANG KOTOR, SEMUA DITAMPUNG. BAHKAN SAMPAI, MAAF INI, KOTORAN MANUSIA PUN – YANG NAJIS ITU – MASUK KE SITU. ITU SEGORO.
TAPI, SING JENENG BANYU SEGORO – YANG NAMANYA AIR LAUTAN ITU – TETAP SUCI, DAN MENSUCIKAN. AIR LAUT ITU TIDAK HANYA SUCI TAPI BISA MENSUCIKAN. BISA DIPAKAI WUDLU, BISA DIPAKAI MANDI TAUBAT. SEGALANYA.
KYAI ASRORI ITU IBARATNYA YAA KAYAK SEGORO ITU. DENGAN HATINYA YANG JEMBAR. LAPAAAANG ….. SEMUA ORANG DITERIMA. SEGALA MACAM ORANG DIBAIKI SAMA KYAI ASRORI. YAA SING ULAMA’ ATAU AHLU IBADAHNYA - YAA SING ORANG AHLU MAKSIATNYA, YANG DATANG DENGAN NIAT IHLAS ATAUPUN YANG DATANG DENGAN MEMBAWA KEPENTINGAN ; KAAAABEHH … DITERIMA DAN DILAYANI DENGAN AKHLAQ.
CATET YAA : SEMUA ORANG YANG DATANG MENDEKAT, SEMUA DITERIMA DAN DILAYANI OLEH KYAI ASRORI, DENGAN APA? DENGAN AKHLAQ !! AKHLAQ SIAPA? YAA TENTU AKHLAQ RASULULLAH SAW. KAMI KAMI INI, YANG KATANYA ANAK TURUN RASULULLAH SAW INI SAMPAI SUNGKAN DEWE. WA-ALLAAH …. ANA INI SUNGKAN DEWE SAMA KYAI ASRORI ITU. YAAPA GAK SUNGKAN, ANA INI, YANG KATANYA SIBTHIN NABI SAW, MASIH JAUUUUH DARI AKHLAQ SEPERTI YANG DIPRAKTEKKAN SAMA KYAI ASRORI ITU …!
SUDAH KAYAK BEGITU, KYAI ASRORI ITU, HORMATNYA KEPADA KAMI-KAMI INI, YAA ALLAAAH … LUAR BIASA. PADAHAL BELIAU ITU SIAPA? WALI-ALLAAH, WA MURSYIDUTH-THORIIQOH, ANAK RUHANINYA PARA WALI WALI BESAR, ANAKNYA SYEIKH ABDUL QODIR JIILANI RA. LHAA. ANA INI SIAPA? WONG TEMBRE-TEMBRE KAYAK GINI. (Sambil matanya berkaca-kaca).
----------------------------------------------------------------------
Dikutip dari
PENGAJIAN ROMO YAI
(Rodlia-AllaaHhu Wa ArdlooHhu
Wa Nafa'anaa BiHhii
Wa Bi BarkatiHhii
Wa Bi 'UluumiHhii Fid-Daaroiin
Aamiiin. Al Faatihah ... !)


Lajeng Gusti Allaah Dawuhi
Paring perintah dateng kanjeng
Nabi Muhammad SAW :

"Omongno Muhammad
Marang wong-wong sekabehe iku :

Sak karepmu, wis. Lakonono,
Kabeh opo sing dadi senengmu
Kabeh opo sing dadi karepmu ... !!

Tapi, weruhono .... !
Aku - Gusti Allah,
Ugi Utusan-Ku - Rasulullah SAW
Ugi poro kawulo-Ku sing Mukmin
Bakal podho ndilok
Opo wae sing koen kabeh lakoni !"


Dados,
Mboten amung Gusti Allah mawon
Ingkang nyumerapi lelampah kito niki.
Tapi Kanjeng Nabi Muhammad SAW
Ugi sedoyo poro tiyang Mukmin
Inggih meniko poro Priyagung
Kawulanipun Gusti Allah ingkang Estu
Poro Auliaa, Poro Guru-Guru,
Poro Pinisepuh

Sedayanipun, bakal sami mirsani
Bakal sami nyumerapi
Dateng nopo mawon
ingkang kito lampahi... !

Senajan,
Poro Priyagung meniko
sampun sami kapundut
wonten ing Ngarsanipun Gusti Allah.


Pun ! Lajeng yak nopo
Nek pun ngaten niki .... ?
Nuun ....?
Tasih nambeng mawon, ta ... ??
Nuun .... ?

-----------------------------------------------------------------------
DAWUH WASIAT ROMO YAI RA
(AllaaHhummanfa'naa
BiHhii Wa Bi BarkatiHhii
Wa Bi 'UluumiHhii Fid-Daaroiin
Aamiiin. Al Faatihah ... !!)


HASBUNAA MINAL-'ILMI
WAHDAANIYYATULLAAHh

Dalam hal llmu
kita telah dikatakan cukup
apabila diri kita telah bisa
mengembalikan semuanya
( = Amal kita, ibadah kita,
zikir kita, perjuangan kita,
semua yang ada di diri kita)
adalah semata-mata
dari dan untuk Allah SWT.


HASBUNAA MINAL-'AMALI
MAHABBATULLAAHh WA ROSUULIHh
ShollaallaaHhu 'AlaiHhi Wa Sallam

Dalam hal beramal / beribadah
kita telah dikatakan cukup
apabila dalam setiap amal/ibadah
yang menjadi dorongan di hati kita
semata-mata hanya Rasa Cinta
kepada Allah SWT
semata-mata hanya Rasa Cinta
kepada Rasulullah SAW


HASBUNAA MINAL-ITTIBAA'
I'TIQOODUL-HAQQI
BI 'IBAADILLAAHhISH-SHOOLIHIIN
WAL-IJTIMAA' MA'AHhUM
WAL-IQTIDAA' BIHhIM

Dalam hal ber-Ittibaa'
kita telah dikatakan cukup
apabila dalam hati kita
telah tertanam i'tiqod (keyakinan)
yang benar, utuh dan kokoh
terhadap para Hamba Allah Yang Sholih
Kemudian sanggup
berkumpul bersama mereka
Kemudian - sedikit/banyak
bisa meniru amaliyah & akhlaq mereka.

---------------------------------------------------------------------
ROMO YAI RA DAN
KONSEP SERTA PEMBUKTIAN NETRALITAS

Suatu ketika, entah di tahun berapa, teman Jamaah AL KHIDMAH di Kabupaten “X” akan menyelenggarakan Haul Akbar Daerah. Kebetulan, di minggu minggu itu, pas hari hari menjelang coblosan Pilkada di Kabupaten tersebut. Teman teman Panitya Penyelenggara sempat kebingungan, soal bagaimana menghadapi dan menjawabi semangat dari para calon atau kontestan. Kala itu ada 3 pasang kontestan.
Salah satu kontestan malah sudah secara terang terangan minta kepada Panitya agar diundang. Dia menyatakan siap datang. Bahkan, katanya, Panitya diminta agar ke “base-camp” tempat berkumpul tim suksesnya, untuk mengambil dana sumbangan yang telah ia siapkan. Kontestan lainnya, yaitu inkamben. Yakni Pak Bupati yang saat itu masih menjabat. Dia maju lagi dengan memilih pasangan wakilnya dari orang baru lagi. Yang ketiga, ialah yang saat itu masih menjabat selaku Wakil Bupati. Juga dengan pasangan baru lainnya.
Kebingungan teman teman Panitya bisa dipahami. Mereka terus bertanya tanya : Apakah sebaiknya Bupati diundang atau tidak? Bagaimana menjawabi permintaan undangan dari salah satu kontestan yang lain? Bagaimana juga dengan yang ketiga? Apa yang terjadi seandainya kemudian di majlis, dari mereka lalu bermanuver sejenis berkampanye? Bagaimana ini bagaimana itu dan seterusnya. Oleh karena semakin hari semakin besar rasa khawatir - kalau kalau salah melangkah, akhirnya Panitya memberanikan diri untuk (melalui seorang teman dari Panitya) matur ke Romo YAI RA.
Intinya, mereka butuh dituntun. Panitya “Nyadhong Dawuh” dari Romo YAI RA, bagaimana sebaiknya. Setelah hal tersebut dimaturkan ke Hadapan Beliau RA, maka lantas Beliau RA Dawuh. Lebih-kurangnya sebagai berikut.
“Begini yaa. Kalau kamu tidak mengundang Bupati, itu salah. Dan bisa disalahkan. Karena acara Haul Akbar itu “duwe gawe”-nya masyarakat se Kabupaten. Jadi Shohibul Wilayahnya itu Bupati. Jadi Bupati harus diundang. Sudah. Jadi, segera anak anak suruh kirimkan undangan ke Pak Bupati. Itu wajib. Jelas, yaa? Sudah.”
“Oleh karena sekarang ini musim kampanye calon bupati, dan Bupati yang kamu undang itu juga jadi calon, juga ada calon calon yang lain, maka kalau kamu mengundang Bupati, ya kamu juga harus mengundang semua calon yang lainnya juga. Kamu undang semua itu. Baru adil. Dan itu cara supaya kita bisa tetap netral. Jadi, kalau kita ini pingin netral, pilihannya dua. Satu, sudah, mereka semua tidak usah datang. Atau, kalau tidak bisa, yaa malah justru suruh datang semua. Ngerti, yaa?”
“Jadi, sekarang, diundang saja semuanya. Sewaktu mengantarkan undangan, minta konfirmasi untuk kepastian hadirnya. Sudah. Nanti, siapkan tempat di panggung atas. Gak apa apa. Kalau mereka datang, suruh mereka para calon itu supaya duduk “jejer” (bersebelah sebelahan) kayak kemanten gitu … hehehe … Gak apa apa. Nanti ketika MC, sebut satu persatu nama mereka pada deretan Yang Terhormat – Yang Terhormat itu. Biar mereka senang. “Cekne lego”.
“Nanti, ketika acara, tolong Pak Bupatinya kamu bisiki. Tapi suaramu yang agak keras biar bisa didengar oleh calon lain yang di sebelahnya. Tanyakan : Pak Bupati masih kerso memberikan sambutan apa tidak? Kalau Pak Bupati memberi sambutan, maka Panitya juga akan mempersilakan ke dua calon lainnya untuk juga memberikan sambutan. Jadi, ada tiga sambutan berturut turut. Gak apa apa. Tapi, kalau Pak Bupati menganggap sudah cukup dan tidak perlu memberikan sambutan, maka Panitya berterima kasih. Sebab Panitya merasa Bapak menghargai netralitas jamaah. Sudah. Kamu omongi begitu saja.”
Syahdan, pada hari “H”-nya Bupati akhirnya memilih untuk tidak memberikan sambutan. Panitya juga merasa plong. Alhamdulillaah.
Selepas acara itu, tak lama sekitar seminggu berselang, Pak Bupati hadir dalam Majlis Sowanan di Ndalem Ponpes As Salafi AL FITHRAH Kedinding Surabaya. Ketika ditanya keperluannya, jawabannya : Mohon Restu. Mohon Doa. Pas saat giliran menanggapi permaturan Pak Bupati itu, Romo YAI RA menyampaikan beberapa Dawuh. Lebih-kurangnya sebagai berikut.
“Pak Bupati, saya minta maaf yaa … Anak anak melapor ke saya, katanya Pak Bupati tidak memberi sambutan. “Prei” (=libur) dulu, katanya. Hehehe … Kenapa koq prei Pak? Hehehe.
Begini yaa. Saya ini repot. Apa repot saya? Karena saya sudah kadung dianggap sebagai Kyai. Lha namanya Kyai itu, harus jadi orang tuanya semua masyarakat. Tanpa pilih kasih. Itu Kyai. Jadi, posisi saya ini harus netral. Karena saya tidak boleh mengecewakan setiap dan semua pihak. Begitu pula, kumpulan dan majlis yang jadi tanggung jawab saya. Anak anak itu juga saya ajari supaya menjaga netralitas majlis saya ini. Perkara urusan pilihan pribadi mereka masing masing, silakan. Bebas”

“Lha, kalau orang itu, siapapun, termasuk misalnya Jenengan Pak Bupati yaa, kalau menghargai saya dan masih menganggap saya sebagai orang tua, orang tua semuanya, yaa saya ini jangan ditarik kesana kemari. Yaa..? Paham..? Jangan. Biarkan saya netral.”
“Begitu pula halnya dengan kumpulan dan majlis saya. Sampean tahu, orang orang itu, para jamaah itu, mereka itu tahu koq, ngerti kalau saya ini netral. Lha kalau mereka sudah ngerti, terus misalnya dalam satu majlis ada salah satu calon, dia berani tampil, di mana di situ ada saya, terus dia mengkampanyekan dirinya ; bagaimana kira kira penilaian jamaah? Penilaian mereka malah sinis lho..! Iyaa …! Mereka itu ngerasani : Hhaalahh … Lha wong di majlisnya Yai koq kampanye. Gak punya sungkan. Gak ngerti Yai. Begitu ..! Mereka justru tidak simpati. Jadi, kalau saya lebih senang para calon itu tidak bicara atau sambutan, itu justru karena saya ini “ngeman”. Sebab kalau kamu bicara, kamu malah jatuh lho dimata jamaah !”
“Terus sebaiknya bagaimana? Yaa sudah. Silakan hadir di majlis. Silakan duduk di depan. Atau sini. Duduk di sebelah saya sini. Sudah. Ikuti saja. Nanti dipandang jamaah itu jadi “sedep”. Malah yang begitu yang keterima. Iyaa.”
Robbi Fanfa’naa Bi BarkatiHhii
WaHhdinaal-Husnaa Bi HurmatiHhii
Wa Amitnaa Fii ThoriiqotiHhii
Wa Mu’aafaatin Minal-Fitani

----------------------------------------------------------------------
Dawuh Romo YAI RA
(Robbi Fanfa'naa BiHhii
Wa Bi BarkatiHhii Wa 'UluumiHhii
Fid-Daaroiin. Aamiiin.
Al Faatihah ... !!) :


KITA SEMUA INI SAMA | Kita semua ini - saya, kamu, semua yang bersam-sama kita - pada hakikatnya, SAMA.
Saya, atau siapa lah, yang duduk jadi kyai yang saat di majlis duduknya paling atas, dengan kamu atau mereka siapapun yang mengikuti saya - yang duduknya lebih di bawah, juga para orang yang diberi Allah berupa prasangka baik kepada saya - apakah itu santri, apakah pejabat, apakah itu tukang becak - yang ketika ada haul dia hanya dapat tempat duduk jauh di luar di jalanan di sana ; itu semua, sama !!!
Kenapa saya katakan sama? Kita semua ini SAMA-SAMA MERASA BUTUH. Butuh apa? Sama sama butuh Ridlo Allah SWT, butuh Ridlo Rasulullah SAW, butuh Ridlo Guru RA.
Yang membedakan saya, kamu, dan yang lain-lain itu hanya : PERAN. Di mana Allah "mendudukkan" diri kita, di situlah kita melakukan peran. Saya, berperan sebagai kyai. Kamu, sebagai yang mengikuti. Hanya itu.
Bahwa kemudian, kepada setiap yang memegang peran itu, oleh Allah diberi alat-alat yang melengkapi, seperti : ilmu, kecerdasan, keturunan, kesehatan, jabatan, kekayaan, dan sebagainya ; itu semua yaa pemberian Allah. Hanya supaya dirinya pantas dalam melakukan perannya itu.
Tapi ini semua, marilah dilihat dan dipegang sebagai AMANAT. Amanat yang dititipkan oleh Allah di pundak kita masing masing. Semakin besar amanat itu, maka semakin banyak alat-alat kepantasan yang diberikan oleh Allah ; maka juga semakin berat pula tanggung jawabnya kelak di Hadapan Allah.

JANGAN MANDEK | Oleh karena kita ini merasa sama sama butuh, maka ayo, kita selalu berusaha MENCARI dan MEREBUT cara, mencari merebut alasan, mencari merebut jalan, untuk meraih yang namanya Ridlo itu. Melalui apa? Melalui BERKHIDMAH. Inilah dasar yang mendorong setiap diri kita agar selalu berkhidmah.
Prakteknya, siapa saja yang wajib berkhidmah? Yaa semuanya. Tidak peduli apakah kamu kyai ataukah bukan kyai. Apakah kamu jadi orang penting ataukah orang tidak penting. Masing-masing dari semua yang punya peran ini, haruslah ikut berkhidmah, kalau ingin meraih ridlo. Yaa terkembali kepada masing-masing.
Saya, misalnya. Apakah karena saya telah jadi kyai, atau keturunan seorang kyai, lalu saya merasa sudah tak perlu berkhidmah? Atau saya malah punya anggapan bahwa : Sudah sepantasnya kamu memuliakan dan berkhidmah kepada saya. Karena saya kyai dan kamu yang butuh saya. Lantas saya tinggal enak-enakan dan hanya bersandar diri kepada khidmah kalian. Apa begitu ... ??
Tidak seperti itu. Sebagai kyai, saya juga berjuang, sesuai dengan kadar peran serta apa yang telah Allah amanatkan di pundak saya. Berat ? Saya tidak perlu menjawabnya. Tapi saya ingin katakan : Hanya orang gila yang mau dibebani amanat seperti amanat yang kini diletakkan di pundak saya. Sudah. Kurang apa?
Jangan dilihat dhohiriyahnya saja. "Wah, enak yaa jadi kyai itu. Semua orang pada siap. Semua orang pada hormat." Aaahh ... Itu kan apa ... (?). Itu pandangan orang yang tidak mengerti. Lalu menilai kyai dengan menggunakan pikiran dan ukuran yang berlaku pada dirinya sendiri.
Kalau kamu berkhidmah kepada saya, itu posisi saya hanya perantaraan saja. Perantaraan agar sampai kepada yang kamu harap, yang kamu maksud. Tidak berhenti di saya. Gila, apa? Mengerti yaa ...??
Kenapa ini saya sampaikan? Saya itu ingin, agar para kyai, para imam khususi, para tokoh yang sudah kadung duduk di atas dan memang didudukkan oleh ummat sebagai yang di atas, termasuk para Gus-Gus - para anak turunnya kyai di daerah-daerah ; itu JANGAN MANDEK.
Maksud saya, jangan merasa karena sudah mapan, sudah keenakan di posisinya itu, lalu lupa akan apa yang menjadi tugas perannya. Yakni turut berjuang, bersama-sama yang lain di dalam BERKHIDMAH. Itu !!
----------------------------------------------------------------------
Dulu, pada awal-awal decade 1990-an, atau bahkan telah dimulai sejak beberapa tahun sebelumnya, itu merupakan masa di mana Romo YAI RA menjalankan misinya dalam mengajak atau menyebarluaskan amaliyah Salafunash-Sholihun di tengah-tengah masyarakat umum, terutama kalangan kawula muda.
Pada saat itu, jika ada teman jamaah yang matur ke Hadapan Beliau RA, untuk menyampaikan : Yai, ada Pak Fulan – si pejabat, atau tokoh masyarakat, atau teman, yang bertanya-tanya perihal kumpulan kita, atau ingin bergabung bersama kita ; maka Romo YAI RA hampir selalu meresponnya dengan menjawab : “Suruh ikut hadir di Majlis “anu” saja. Nanti, setelah itu, ajak untuk ketemu saya.”
Oleh karena seringnya Romo YAI RA merespon dengan cara seperti itu, maka di antara tema-teman akhirnya seakan berkesimpulan sendiri : Oh, berarti, tugas kita ini cuma sebatas mengajak orang, lalu mengantarkannya untuk bertemu dengan Romo YAI RA. Dan selanjutnya, itu urusan Beliau RA. Kesimpulan lainnya : Bagi orang yang baru, untuk bisa bertemu dengan Romo YAI RA, selalu harus didahului dengan keikutsertaannya dalam majlis. Entah apa di sebalik prosedur itu, Wa-Allaahu Wa Rosuulih Wa Syaikhunaa A’lam.
Kami ulangi kembali : Tugas kita ini cuma sebatas mengajak orang, lalu mengantarkannya untuk bertemu dengan Romo YAI RA. Selanjutnya? Itu urusan Romo YAI RA. Tapi itu dulu. Ketika Romo YAI RA – secara dhohiriyah – masih sugeng. Masih menunggui kita bersama. Lalu bagaimana untuk saat ini, ketika semua – secara dhohiriyah – kita sudah tak bisa lagi mempertemukan orang baru itu ke Hadapan Beliau RA ?
Sosok Romo YAI RA sebenarnyalah masih tercermin melalui banyak hal. Bagaimana benang merah sikap diri serta pemikiran Beliau RA, terkadang orang bisa “melihat”-nya melalui Dawuh-Dawuh dalam rekaman Pengajiannya, atau menelaah kitab-kitab karyanya. Bagimana sifat dan perilaku Romo YAI RA dalam keseharian, orang bisa menyimak cerita-cerita, kisah-kisah, manaaqib tentang Romo YAI RA oleh sebagian pengikutnya yang pernah bersama-sama dengan Beliau RA.
Atau – dan ini yang penting untuk kita garis bawahi : orang bisa melihat seperti apa yang menjadi akhlak, sifat, perilaku, tindak tanduk yang ada pada diri dan pribadi murid yang bersungguh-sungguh di dalam ber-Guru kepada Beliau RA. Karena sifat Anak Murid itulah fotokopi dari sifat Gurunya.
Kami ulangi kembali : Orang bisa melihat sifat dan akhlak Romo YAI RA, melalui melihat sifat, akhlak, perilaku, tindak tanduk yang ada pada diri dan pribadi muridnya. Karena sifat Anak Murid itu adalah fotokopi dari sifat Gurunya. (Hal ini semata-mata ditujukan hanya untuk melihat dan menilai diri pribadi kita sendiri, dan samasekali tidak dimaksudkan untuk melihat dan menilai orang lain). Begitukah diri kita …. ???
Kesimpulan yang ingin kami tegaskan ialah : Bahwa salah satu tugas utama para pengikut Romo YAI RA itu ialah memberikan gambaran, menunjukkan potret sosok, menampilkan suasana-suasana (atmosphere) ; yang mana bisa membuat orang lain - yang dulu tidak sempat hidup se zaman bersama Beliau RA – menjadi semacam bisa mengenal secara bathiniyah dengan pas. Caranya? Bisa berbagai macam cara. Salah satunya, melalui cara : melayani mereka dengan sikap dan akhlak sebagaimana sikap dan akhlak Beliau RA.
Kami ulangi kembali : Salah satu yang bisa kita lakukan ialah melalui cara melayani mereka dengan sikap dan akhlak sebagaimana sikap dan akhlak Beliau RA. Di sini ada kata kunci MELAYANI. Dan kata ini, dalam konteks makna kumpulan kita, hakikatnya searah dan semaksud dengan istilah KHIDMAH. Sehingga AL KHIDMAH, dalam makna secara khusus, tak lain dan tak bukan ialah wadah bagi orang-orang yang melayani. Melayani siapa? Melayani para mereka - siapapun ia - yang ingin ikut bergabung, berjalan bersama, di belakang Romo YAI RA.
---------------------------------------------------------------------
ITTAQUU | Takutlah kalian
DA'WATAL-MADHLUUM | Akan doa dari orang yang terdholimi
WALAU KAANA KAAFIROON | Sampaipun meski orang yang terdholimi itu adalah orang kafir
.....
Keterangan || Kenapa bisa begitu? Karena tak ada lagi jarak yang menghalangi antara mereka dengan Allah. Allah langsung berada di sisi mereka. Dan Allah bakal membela, terlepas dari apakah mereka meminta ataupun tidak meminta untuk dibela-Nya.
(Dipetik dari Dawuh Pengajian Romo YAI RA, Lanaa Wa LaHuu Al Faatihah ... !!)
----------------------------------------------------------------------
SIKAP TEGAS ROMO YAI RA
DAN KESUNGGUHAN SEORANG PEMUDA
DALAM MENCARI & MENEMUKAN GURU

(1)
1993 | Ahad siang, dalam Majlis Sowanan di Ndalem Mulia Pondok Sepuh Jatipurwo Surabaya.
Di antara kerumunan jamaah yang hadir di majlis itu, seorang lelaki berusia agak muda, mengangkat tangannya sembari berujar : "Yai, saya juga, mohon diperkenankan untuk matur, Yai !"
Setelah dipersilakan oleh Romo YAI RA, dia menyampaikan :
Saya ini asli Palembang. Tapi sudah dua tahun tinggal di Surabaya. Sewaktu di Palembang dulu, kurang lebih sekitar enam tahun, saya ikut bergabung dalam tarekat. Waktu itu, saya berbaiat ke Abah "Fulan bin Fulan" - seorang Mursyid dari tarekat "X".
Tapi, terus terang Yai, hati dan pikiran saya tidak menjadi tenang. Maafkan Yai ... Maafkan Yai ... Saya mungkin orang yang paling banyak dosa di dunia ini, sebab saya tidak merasa makin dekat ke Allah. Banyak pertanyaan di pikiran saya, yang akhirnya membuat saya meragukan ke-Mursyidan beliau.
Ini bagaimana Yai? Jujur, saya kini takut dengan keingkaran ini. Tapi kenyataannya yang saya alami memang seperti ini.
Sedangkan sejak di Surabaya, hingga kini, saya sudah beberapa kali ikut Pengajiannya Yai setiap Ahad Akhir di sini.
Terus terang, saya merasa, kebodohan saya seperti dituntun, ditunjukkan jalan oleh Yai, bagaimana cara menghadap ke Allah. Hampir semua pertanyaan tentang hidup, yang telah lama berkecamuk di pikiran saya, seakan kini telah terjawab oleh Yai melalui pengajian-pengajian itu.
Lalu, dengan agak bergetar dan suara yang tersendat, dia matur : Yai, bolehkan saya berbaiat kepada Yai?
Romo YAI RA balik bertanya : "Saat ini, apakah Gurumu itu masih ada (hidup) ?" Sahut lelaki itu : "Masih, Yai. Di Palembang sana."
Kemudian Romo YAI RA Dawuh :
Nah, begini saja. Kamu harus sowan dan matur ke Gurumu itu dulu. Ceritakan secara lengkap, apa yang terjadi pada dirimu. Sampaikan saja apa adanya. Lalu, sampaikan bahwa kamu bermaksud meminta ijinnya untuk meninggalkan tarekatnya itu.
Ceritakan juga bahwa kamu telah bertemu dengan saya. Sampaikan tentang apa yang kamu rasakan setelah bertemu saya. Lalu sampaikan maksudmu, mohon ijinnya untuk mengikuti tarekat yang saya ikuti.
Nanti, apabila kamu diberi ijin olehnya, maka kamu harus yakin, bahwa itu memang Guru Mursyid yang benar. Kamu tak boleh meragukan kemursyidannya lagi.
Perkara kamu merasa tidak tertuntun ke Allah, itu masalah lain. Adalah hakmu untuk menentukan ke mana atau ke siapa kamu berguru. Tapi ketahuilah bahwa gurumu itu mursyid yang sebenarnya.
Tapi, apabila setelah kau terangkan semua itu, namun dia tidak mengijinkan kamu ; maka, yaa sudah. Kamu boleh meninggalkan dia.
Sebab, jika seperti itu, saya juga tidak yakin kalau dia mengerti bagaimana seharusnya seorang Guru Mursyid menuntun dan menyayangi anak ruhaninya.
(2)
Dua pekan berselang, lelaki itu tampak hadir lagi di Majlis Sowanan. Pada gilirannya, Romo YAI RA langsung menanyai dia : " Bagaimana? Sudah ketemu Gurumu?" Dia menjawab : "Sudah, Yai". Romo YAI RA menyahut : " Lalu, bagaimana?"
Dia kemudian bercerita secara singkat :
Setelah saya sampaikan semuanya, Yai ; saya malah lantas dikata-katai. Yaa semacam dimarahi lah. Dan, walhasil, saya tidak diijinkan, Yai. Lalu bagaimana saya ini Yai ?
Romo YAI RA kemudian Dawuh :
Yaa sudah. Sekarang kamu ambil wudlu sana. Setelah ini ada baiatan. Kamu ikut saja baiat.
Spontan lelaki itu telungkup dalam duduknya, dan tak bisa lagi menahan suara tangisnya. "Alhamdulillaah Yaa Allaah ....!!" Teriaknya karena haru.
~~~
Robbi Fanfa'naa BiHhii
Wa Bi BarkatiHhii
Wa Bi 'UluumiHhii
Fid-Daaroiin. Aamiiin.
Al Faatihah ... !!

----------------------------------------------------------------------
Dari :
Ainy Nur Syarifah, Semoga bermanfaat J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar